Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai tinggi. Bahkan ada yang di alam tumbuh di hutan pegunungan nan sejuk, ternyata saat ditanam di tempat panas, juga masih tumbuh bagus.
Gordon Cheers dalam bukunya Carnivorous Plant of the World memaparkan, ada 2 pendapat tentang perkembangan tanaman karnivora. Pendapat pertama mengatakan, ketika tanaman berevolusi, beberapa mempunyai kemampuan untuk menyatukan semua bagian dan membentuk tanaman karnivora yang memiliki bentuk sangat bervariasi.
Pendapat lain menyebutkan, ada satu atau lebih tanaman dengan berbagai bentuk yang termodifkasi menjadi berbagai variasi tanaman karnivora. Tanaman itu kini sudah tidak ada lagi. Sayang, tidak ada jejak peninggalan purba yang bisa menjadi landasan penyelidikan lebih lanjut. Jadi, salah satu cara yang dilakukan ialah mencoba mengamati perubahan yang terjadi pada periuk monyet.
Pendapat terakhir, pada zaman dahulu terdapat ‘super karnivora’, tanaman dengan seluruh bagian seperti tanaman di atas atau lebih. Tanaman itu terdapat di seluruh bagian dunia dan setelah terjadi evolusi, kehilangan sebagian bentuknya, berubah dan berkembang menjadi nepenthes seperti sekarang. Berikut skema evolusi tanaman non-karnivora menjadi pemakan serangga versi Gordon Cheers. Pada skema itu diimajinasikan ada tanaman antara yang menjadi jembatan perubahan dari non-karnivora menjadi karnivora.
A. Morfologi nepenthes
Di hutan nepenthes ada yang tumbuh tegak, seperti antara lain N. truncata, N. clipeata, dan N. argentii. Banyak juga yang merambat. Yang membedakannya dari tumbuhan merambat lain ialah ada kantong di ujung daun. Itulah ciri khas dan daya tarik utama nepenthes. Warna dan bentuk kantong bervariasi sekali. Bagi penggemar tanaman hias, kantong itu ibarat bunga di tanaman lain. Nepenthes dipelihara dengan satu harapan: muncul kantong yang banyak, seragam, dan warna cemerlang.
Namun, kantong itu ternyata tidak muncul secara otomatis. Jika daun rusak saat pertumbuhan, kekurangan cahaya atau kelembapan terlalu rendah, maka mogoklah sang kantong. Ia tidak akan mau memperlihatkan diri. Jadi, walaupun kantong daya tarik utama, tetapi bagian tanaman lain, seperti akar, daun, bunga, dan buah bukanlah bagian tanaman yang dapat dikesampingkan. Tanpa bagian-bagian tanaman itu, nepenthes tidak akan memamerkan kecantikannya.
Batang
Bayangkan anggur dan vanili. Seperti itulah perilaku tumbuh nepenthes yang sifatnya merambat. Kalau di dekat tempat tumbuhnya ada tanaman lain, ia akan memanjatnya sampai ketinggian 0,3—60 m, tergantung jenisnya. Semak perdu yang ada di sekitarnya pun menjadi sasaran panjat. Bayangkan pula stroberi yang tumbuh menjalar. Itu pula yang dilakukan beberapa spesies kantong semar.
Bentuk batang ketakung berbeda, tergantung spesiesnya. Pemilik batang segitiga, misalnya N. gracilis dan N. reinwardtiana; segi empat, N. spathulata; bersudut, N. adrianii. Tebalnya cuma 3—30 mm. Namun, jangan remehkan kekuatannya. Batang tua di
Daun
Warna daun periuk monyet hijau atau hijau kekuningan. Kadang-kadang, dan itu sangat langka, warna daun merah tua sampai mendekati keunguan. Daun itu muncul di ruas-ruas batang dengan jarak tetap. Di ujung daun akan muncul sulur panjang nan tipis. Sulurnya menjadi penopang tatkala ia merambat ke pohon lain. Di ujung sulur itulah kelak muncul kantong. Kantong tidak akan muncul kalau lingkungan tidak ideal. Tumbuhnya kantong pada beberapa spesies bersifat musiman.
Daun salah satu pembeda antarspesies nepenthes. Variasi bentuk dan warna kantong kerapkali menyulitkan identifkasi. Berkat daun, pengenalan jenis menjadi lebih mudah dilakukan. Ambil contoh N. ampullaria. Daunnya yang sebelah atas besar, kemudian mengecil ke bawahnya. Sedangkan untuk N. mirabilis, tulang daun longitudinal jelas sekali. Spesies lain tulang daunnya tidak jelas karena tipis. Ciri lain, pinggir daun kadang-kadang bergerigi.
Kantong
Apa jadinya jika nepenthes tidak berkantong? Ia pasti tidak akan berubah status dari tanaman pegunungan menjadi salah satu komoditas dalam industri forikultura. Bayangkan saja, warnanya demikian beragam: kuning, hijau, merah, cokelat, hitam, merah kecokelatan, hijau semburat merah. Luar biasa sekali keragaman warna di kantong itu.
Variasi warna itu masih ditambah lagi dengan 6 bentuk kantong.
Dilihat dari letaknya, dikenal dua jenis kantong yakni kantong bawah dan atas. Kantong bawah alias kantong roset biasanya mulutnya lebar. Kantong rosetmuncul pada tanaman yang relatif muda atau nepenthes yang sudah dipangkas, sehingga merangsang pemunculan daun roset. Sayap di bagian depan kantong berkembang baik, dengan tampilan rambut tipis sepanjang tepinya. Kantong atas pada nepenthes bentuknya cenderung seperti corong dibandingkan kantong bawah. Sayapnya menjadi dua tulang daun tipis dengan sedikit rambut pinggir. Kantong atas menyimpan cairan dalan jumlah sedikit dibandingkan kantong bawah sehingga lebih ringan. Beberapa spesies nepenthes, sebagaimana dipaparkan Charles Clarke dalam buku Nepenthes of Borneo, memiliki kantong peralihan. Sesuai posisinya sebagai perantara antara kantong atas dan bawah, maka bentuk kantong pun merupakan peralihan dari bentuk kantong atas dan bawah. Mereka mungkin saja memiliki sayap, tetapi tipe corongnya belum seperti kantong bawah. Namun, sudah lebih menyerupai corong daripada kantong atas.
Bunga
Bunga nepenthes muncul di dekat puncak batang utama. Ia muncul sekali atau dua kali setahun, atau bahkan terus-menerus. Satu tanaman menghasilkan bunga jantan atau betina. Bunga jantan cirinya, saat belum mekar bentuk bakal bunga bulat tanpa ada belimbingan. Bunga betina pasti ada belimbingan di bakal bunganya. Karena bunga jantan dan betina tidak berada di satu tanaman, maka nepenthes perlu penghulu untuk melakukan perkawinan. Penyerbukan terjadi jika ada serangga membawa serbuk sari dari kepala sari bunga jantan ke kepala putik bunga betina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar